Campur Tangan Seni Meredam Asap Pembakaran Jerami
Campur Tangan Seni Meredam Asap Pembakaran Jerami
Jerami adalah bagian yang tidak penting dari panen padi, barangkali begitu yang terlintas di benak kita. Padahal, jika kita ketik kata kunci “jerami” di pencarian Google hal pertama yang muncul adalah tentang pemanfaatan.
Bahkan ada pengguna toko online yang menjual jerami 500 gram seharga Rp9.100, terlihat murah. Menurut hasil penilitan Badan Litbang Pertanian, dari satu hektar lahan sawah dihasilkan 5—8 ton jerami. Ini berarti setiap hektar sawah berpotensi menghasilkan Rp91.000.000 – Rp127.400.000 Perlukah kita kalikan dengan ratusan ribu hektar sawah yang ada di Indramayu?
Barangkali angka di atas adalah sebuah lelucon, namun asap hasil pembakaran jerami bisa jadi lebih serius dalam mengancam kesehatan manusia.
Maman Sudarman, tokoh masyarkat desa Mundakjaya sekaligus seniman, hendak memulai semacam demonstrasi pada Agustus 2022 nanti. Demonstrasi itu nantinya bernama Damen Mundakjaya Festival yang dimaknai oleh Maman sebagai damai atau demen (senang).
Ini bukan kali pertama Maman menggagas konsep nyeleneh. Misalnya saja dua Agustus sebelumnya, 2021, Ia menggarap pembuatan patung kuda menggunakan limbah kayu putih bersama pemuda di sekitar dan mahasiswa KKN yang kebetulan melaksanakan kegiatan di Mundakjaya.
Konsep menyambut euforia hari merdeka yang mulanya hanya sebatas pemanfaatan limbah-limbah di sekitar, kini hendak memunculkan semacam harapan untuk mengubah (atau setidaknya mengurangi) kegiatan pascapanen yang membuat pedih mata dan sesak di dada, ialah pembakaran jerami.
“Keresahan akan pembakaran jerami sudah lama saya rasakan, hanya saja saya tidak menemukan teman untuk bicara tentang ini, konsep tersebut (Damen Mundakjaya Festival) baru ditemukan setelah ngobrol sama Mas Gading,” ungkap Maman pada Selasa, 26 Juli 2022, lalu.
Gading, yang merupakan ketua Sanggar Rumah Teater Sawo Kecik, sama prihatinnya dengan Maman saat berbicara tentang pembakaran Jerami. Menurut Gading, banyak hal yang bisa dimanfaatkan dari Jerami kering.
“Misalnya saja ini, “ucap Gading sambil menunjukkan kertas tebal berwarna kecoklatan bertekstur kasar. “Ini dibuat dari jerami. Cara-cara pembuatannya mirip seperti saat membuat kertas tebal dari bubur kertas,” imbuhnya.
Damen Mundakjaya Festival yang digagas bersama-sama diharapkan oleh Maman dan Gading tidak hanya sebatas euforia semata, namun juga berkesan. Salah satunya adalah dengan memancing pemuda sekitar untuk berkreativitas dan memiliki makna filosofisnya.
Beberapa properti yang akan dibuat untuk Damen Mundakjaya Festival adalah topeng sebanyak 17, panggung dengan 8 sudut, dan patung kuda sebanyak 45. Properti-properti tersebut dibuat menggunakan limbah jerami.
Gading merasa bahwa kegiatan pemanfaatan limbah seringkali dianggap sebagai lelucon.
“Itu (lelucon) yang saya alami saat membuat kertas ini. Orang bilang saya tambah-tambah pekerjaan saja,” kenangnya sambil tertawa.
Namun begitu, Gading, Maman, dan semua orang yang terlibat dalam perencanaan festival memiliki keinginan kuat untuk merealisasikan kegiatan tersebut.