Inovasi Pembinaan Lapas Indramayu Berhasil Angkat Kemandirian Warga Binaan ke Level Global
Inovasi Pembinaan Lapas Indramayu Berhasil Angkat Kemandirian Warga Binaan ke Level Global
Signal.co.id – Pelaksanaan Aksi Perubahan “Transformasi Lapas Indramayu Menuju Kemandirian Produk Warga Binaan” telah menghasilkan berbagai manfaat strategis pada level individu, organisasi, warga binaan, masyarakat, serta
pemangku kepentingan terkait. Seluruh manfaat ini merupakan bukti nyata keberhasilan kepemimpinan yang berorientasi pada perubahan, inovasi, serta peningkatan kinerja organisasi.
Lapas Kelas IIB Indramayu mencatat sejarah baru melalui inovasi pembinaan kemandirian berbasis pemanfaatan sabut kelapa atau Coir Shade, yang berhasil menembus pasar ekspor Spanyol sebanyak 800 pcs. Selain Coir Shade teroborosan baru yang di lakukan yaitu kerajinan Eceng Gondok, Merajut dan pengembangan Bakery.
Inovasi ini digagas langsung oleh Kepala Lapas Kelas IIB Indramayu, Fery Berthoni, sebagai jawaban atas rendahnya partisipasi warga binaan dalam kegiatan pembinaan yang sebelumnya hanya mencapai 5%, jauh di bawah target nasional 70%.
“Aksi perubahan ini menunjukkan bahwa pembinaan pemasyarakatan tidak hanya bertujuan rehabilitasi, tetapi juga berkontribusi pada ekonomi masyarakat dan peningkatan kesejahteraan sosial.,” ungkapnya.
Menurut Berthoni, ide ini lahir dari kebutuhan untuk menghadirkan terobosan pembinaan yang mudah dipelajari, mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, berkelanjutan, serta memberikan nilai ekonomi nyata.
“Bagi warga binaan, ini bukan hanya soal keterampilan, tetapi juga peluang pendapatan dan kesiapan berwirausaha saat bebas. Bagi Lapas, inovasi ini memperkuat sistem pembinaan profesional, meningkatkan PNBP, Penambahan kegiatan pembinaan kemandirian dan hasil karya warga binaan sehingga Terbentuknya Galeri dan Koperasi Sosial Merah Putih Warga Binaan” ujarnya.
Inovasi ini turut membuka ruang kolaborasi dengan dunia usaha yang membutuhkan produk ramah lingkungan berbasis sumber daya lokal. Industri kreatif berbahan lokal dinilai memiliki prospek besar dan dapat menjadi penggerak ekonomi daerah.
Ekspor perdana ke Spanyol disebut Berthoni sebagai tonggak keberhasilan yang membuktikan bahwa karya warga binaan mampu bersaing di pasar internasional.
“Kepercayaan pembeli luar negeri menunjukkan bahwa hasil produksi warga binaan Indramayu memenuhi standar global. Ini sekaligus menjadi motivasi bagi petugas dan warga binaan bahwa pembinaan kemandirian memberikan dampak nyata,” jelasnya.
Pada akhirnya, ini bukan hanya tentang produk yang bernilai ekonomi, tetapi tentang membentuk ekosistem pembinaan yang mendukung reintegrasi sosial dan menurunkan risiko residivisme. Kami berharap inovasi ini dapat menjadi model praktik baik yang direplikasi Lapas lain secara nasional.


