Dari Balik Jeruji, Lapas Indramayu Perkuat Ketahanan Pangan Nasional
Dari Balik Jeruji, Lapas Indramayu Perkuat Ketahanan Pangan Nasional
Signal.co.id – Program ketahanan pangan yang dijalankan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Indramayu telah berjalan lebih dari satu tahun dan menunjukkan hasil yang semakin optimal. Program ini menjadi bagian dari dukungan terhadap 13 Akselerasi Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas), khususnya dalam pemberdayaan warga binaan agar produktif dan mandiri.
Kasubsi Kegiatan Kerja (Giatja) Lapas Kelas IIB Indramayu, Apudin, mewakili Kepala Lapas, Fery Berthoni menjelaskan bahwa ketahanan pangan di Lapas Indramayu dilaksanakan secara berkelanjutan melalui pemanfaatan lahan tidur yang diubah menjadi lahan produktif.
“Kami mengelola lahan tidur menjadi lahan pertanian produktif dengan dukungan dan kerja sama dari Dinas PUPR. Program ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga menjadi sarana pembinaan keterampilan bagi warga binaan,” ujar Apudin.
Menurutnya, seluruh kegiatan pertanian tersebut terpusat dalam Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) Arumanis Lapas Indramayu, yang terus dikembangkan agar memberikan hasil maksimal.
Saat ini, Lapas Indramayu melibatkan sekitar 30 warga binaan dalam program ketahanan pangan. Diantaranya 17 orang mengelola pertanian brangkang dalam, 5 orang di pertanian luar tembok, 3 orang di hidroponik, dan 3 orang di sektor perikanan. Khusus warga binaan yang mengelola pertanian luar, seluruhnya telah menjalani masa pidana 2/3 dan berada pada tahap asimilasi menjelang bebas.
“Jenis tanaman yang kami kembangkan cukup beragam, mulai dari sereh, tomat, terong hijau dan ungu, pepaya california, hingga jagung. Untuk hidroponik, kami menanam pokcoy, selada, dan sawi. InsyaAllah pada Januari mendatang kami akan melaksanakan panen raya secara serentak bersama seluruh UPT Pemasyarakatan di Jawa Barat,” tambah Apudin.
Selain aspek pembinaan, hasil pertanian Lapas Indramayu juga telah dipasarkan secara profesional. Pihak lapas bahkan telah menjalin nota kesepahaman (MoU) dengan reseller sayuran di Pasar Indramayu serta pengusaha katering.
Dari hasil penjualan, sebesar 35 persen diberikan sebagai premi kepada warga binaan, sementara sisanya dikelola melalui Koperasi Sosial Merah Putih Warga Binaan dan akan diberikan kepada mereka saat bebas nanti.
Kualitas hasil pertanian Lapas Indramayu mendapat apresiasi dari para pengepul. Dedi Haryanto, salah satu pengepul sayuran hidroponik Lapas Indramayu, mengaku rutin membeli hasil panen untuk dipasarkan kembali di Pasar Indramayu.
“Saya selalu membeli sayuran hidroponik dari Lapas Indramayu seperti pokcoy, selada, dan sawi. Kualitasnya sangat bagus. Kalau dari tempat lain biasanya hanya tahan satu hari, tapi dari Lapas Indramayu bisa sampai tiga hari dan tidak cepat busuk,” ungkap Dedi.
Ia berharap produksi pertanian Lapas Indramayu ke depan dapat terus ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan pasar yang semakin besar.
Hal senada disampaikan Iin Rusniati, pengepul yang memasok hasil pertanian Lapas Indramayu ke Pasar Jatibarang.
“Kualitas sayurannya berbeda, dengan harga yang sama. Saya hampir setiap hari mengambil hasil pertanian dari Lapas Indramayu untuk dijual kembali ke pedagang sayur di Pasar Jatibarang,” ujarnya.
Dengan capaian tersebut, program ketahanan pangan Lapas Kelas IIB Indramayu tidak hanya mendukung kebijakan nasional, tetapi juga menjadi bukti nyata keberhasilan pembinaan warga binaan yang berorientasi pada kemandirian dan keberlanjutan.



